Hipoglikemia Pada Bayi Baru Lahir

 

DEFINISI

 

Unit Kerja Koordinasi Neonatologi PP IDAI dalam PNPK menggunakan nilai <47 mg/dL berdasarkan definisi dari WHO, atau <45 mg/dL menurut AAP.

 

ANAMNESIS

 

Bayi Berisiko Hipoglikemia

        Bayi dari ibu diabetes (IDM)

        Bayi besar masa kehamilan (BMK)

        Bayi kecil masa kehamilan (KMK)

        Bayi kurang bulan dan lewat waktu

        Bayi sakit atau stress (RDS, hipotermia)

        Bayi puasa

        Bayi dengan polisitemia

        Bayi dengan eritroblastosiS

·       Obat-obat yang dikonsumsi ibu, misalnya,    steroid, beta simpatomimetik dan beta blocker

 

PEMERIKSAAN FISIS

 

• Jitteriness, rewel/gelisah, hipotonia, tangis high-pitch, tangis lemah

• Sianosis

• Kejang atau tremor

• Letargi, gangguan menghisap

• Apnea, takipnea

• Hipotermia

 

PEMERIKSAAN PENUNJANG

 

Pemeriksaan glukosa darah (ICD 9 CM: 90.5)

 

KRITERIA DIAGNOSIS

 

Hipoglikemia pada neonatus merupakan kadar gula darah < 45 - 47 mg/dl (2,5 -2,6mmol/L). Nilai GD tersebut adalah nilai gula darah dari sampel darah vena. Pada pengambilan sampel darah kapiler terdapat perbedaan 10-18 mg/dl lebih tinggi.

 

Pemeriksaan GD dilakukan pada usia 2-4 jam setelah lahir karena diusia tersebut kadar hipoglikemia mencapai titik nadir. Hipoglikemia pada neonatus merupakan kadar gula darah < 45 - 47 mg/dl (2,5 - 2,6mmol/L). 

 

Perbedaan hasil pemeriksaan dapat terjadi pada bayi baru lahir karena bergantung pada waktu pemeriksaan. Bayi usia 0 hingga < 4 jam kadar gula darah harus ≥ 40 mg/dl, usia ≥ 4-24 jam kadar gula darah harus ≥ 45 mg/dl, dan usia ≥ 24 jam kadar gula darah harus ≥ 50 mg/dL.

 

Oleh karena adanya proses hipoglikemia fisiologis pada bayi baru lahir, maka setelah pemeriksaan kadar gula darah pasca-lahir, pemeriksaan kadar gula darah ulangan disarankan pada 2-4 jam setelah pemeriksaan kadar gula pertama.

 

Pediatric Endocrine Society (PES) mengatakan kadar gula darah bayi < 48 jam harus dipertahankan di atas 50 mg/dL, sedangkan jika usia bayi > 48 jam gula darah harus dipertahankan di atas 60 mg/dL. Jika bayi menunjukkan gejala simptomatik, maka harus dikoreksi jika gula darah < 40 mg/dL.

 

Neonatus risiko tinggi dengan GDS:

 

AAP: Usia < 4 jam GDS < 25 mg/dL; 4-24 jam GDS < 35 mg/dL

PES: Usia 24-48 jam GDS < 50 mg/dL; >48 jam GDS < 60mg/dL.

 

DIAGNOSIS KERJA

 

Transitory disorders of carbohydrate metabolism specific to fetus and newborn

(ICD 10: P70)

 

DIAGNOSIS BANDING

 

• Transitory neonatal disorders of calcium and magnesium metabolism (ICD 10: P71)

• Pyridoxine deficiency (ICD 10: E53.1)

• Hyperosmolality and hypernatraemia (ICD 10: E87.0)

• Hypo-osmolality and hyponatraemia (ICD 10: E87.1)

 

TERAPI

 

Penanganan bayi hipoglikemia tergantung pada 2 hal, yaitu: kadar gula darah rendah dan ada tidaknya gejala klinis.

 

Bayi asimtomatik:

 

Mulai diberikan minum peroral dalam 1 jam pertama, kemudian 30 menit sesudahnya dilakukan pemeriksaan kadar gula darah. Dapat diberikan koreksi hipoglikemia melalui asupan enteral apabila kadar gula darah >25-<45 mg/dl.

 

Apabila kadar gula darah <25 mg/dL diberikan bolus glukosa 200 mg/kg (dekstrosa 10% dengan dosis 2 ml/kg) dilanjutkan pemberian infus dekstrosa dengan GIR 5-8 mg/kg/menit (80-100 ml/kg/hari). Kadar glukosa plasma yang diharapkan 40-50 mg/dL.

   

Bayi simtomatik:

 

Apabila kadar gula > 25-<45 mg/dL diberikan bolus glukosa 200 mg/kg (dekstrosa 10% dengan dosis 2 ml/kg) dilanjutkan pemberian infus dekstrosa dengan GIR 5-8 mg/kg/menit (80-100 ml/kg/hari). Kadar glukosa plasma yang diharapkan 40-50 mg/dL. Setelah koreksi hipoglikemia, monitoring gula darah dilakukan kembali setelah 30 menit-1 jam paska koreksi.

  

Neonatus risiko tinggi:

 

Direkomendasikan bayi segera mendapat asupan enteral dalam 1 jam pertama, kemudian 30 menit sesudahnya dilakukan pemeriksaan kadar gula darah. Pada bayi dengan paska resusitasi dengan CPAP atau VTP bayi tidak dianjurkan untuk diberikan asupan enteral dan segera mendapat akses IV serta infus dektrosa 10% 60-80 cc/kgBB/24 jam.

 

Pada bayi dengan infus dekstrosa direkomendasikan untuk dievaluasi nilai GIR. GIR pada bayi cukup bulan: 4-6mg/kgBB/menit dan pada bayi kurang bulan: 6-8 mg/kgBB/menit. Bila ada riwayat syok dan normoglikemia, maka pemberian cairan dibatasi menjadi 60 mL/kgBB/hari menggunakan D10W (GIR 4,2mg/kgBB/menit), D12,5W (GIR 5,2 mg/kgBB/menit), atau D15W (GIR 6,2 mg/kgBB/menit).

 

Akses vena sentral diperlukan untuk pemberian cairan dekstrosa >12,5% atau dekstrosa 12,5% yang diberi zat/komponen tambahan.

 

ALUR Tatalaksana Hipoglikemia BAYI BARU LAHIR

 

 

Pemberian asupan enteral dini merupakan tindakan pencegahan tunggal yang paling penting. Jika pemberian asupan secara enteral akan dimulai, ASI atau D5W harus digunakan jika bayi dapat mentoleransi pemberian asupan melalui puting atau selangnasogastrik. Bayi tersebut harus dipantau sampai mereka mencapai pemberian asupan penuh dan telah memiliki tiga pembacaan pra-pemberian asupan di atas 40-45 mg/dl. Kita harus hati-hati untuk memastikan bahwa ibu menyusui memberikan asupan yang memadai. Jika bayi yang berisiko terkena hipoglikemia tidak dapat mentoleransi pemberian asupan melalui puting atau selang akibat darah yang tertelan, dapat diupayakan untuk melakukan satu kali percobaan lavage lambung dan melanjutkan pemberian asupan melalui mulut. Jika tindakan ini gagal, terapi IV dengan glukosa 10% harus dimulai dan kadar glukosa dipantau

 

PROGNOSIS

 

Ad vitam : Dubia Bonam

Ad sanationam : Dubia Bonam

Ad fungsionam : Dubia Bonam

 

Sumber ,

Kumpulan Panduan Pelayanan Neonatal IDAI, 2018

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *