ATRESIA DUODENUM

ABSTRACT

Duodenal atresia is a condition in which the duodenum does not develop properly. Intestinal atresia is an obstruction that often occurs in newborns. Intestinal atresia occurs in 1 in 1000 births. The management carried out includes pre-operative, intra-operative and post-operative management. This preoperative management is carried out starting from the time the patient is born, inserting an orogastric tube and maintaining IV hydration. The most commonly used intraoperative procedures are laparoscopic or open duodenoduodenostomy. The technique for the anastomosis is carried out in the proximal part transversely to the distal part in a longitudinal or diamond shape while for the post-operative management of intravenous infusions it continues. The patient uses a transanastomotic tube in the jejunum, and the patient can start breastfeeding after 48 hours postoperatively. 2 A 6-day-old male baby was born at Kasih Ibu Hospital by SC 33-34 weeks a/I PEB + DM Gestational with a birth weight of 3800gr, length body 50 cm and an Apgar score of 8/9. Physical examination included strong baby tone, yellowish skin color, no cyanosis, no moaning, and no chest retraction. HR: 140 bpm, CRT < 3 seconds, RR: 30 dpm, temperature: 36 C, GDS: 84 mg/dL. The patient was diagnosed with Duodenal Atresia Susp, Neonatal jaundice Kramer III, NKB BMK 34-36 weeks, BBL 3800 gr. After that the baby was treated at SCN 2 for 41 days and came home in good condition.

ABSTRAK

                        Atresia  duodenum  adalah  kondisi  dimana  duodenum  tidak  berkembang baik. Atresia  intestinal  merupakan  obstruksi  yang  sering  terjadi  pada neonatus yang baru lahir. Atresia  intestinal terjadi pada 1 dari 1000 kelahiran1. Tatalaksana yang dilakukan meliputi tata laksana pre-operatif, intraoperatif serta post-operatif. Managemen preoperatif ini dilakukan mulai dari pasien lahir dilakukan pemasangan orogastrik tube dan menjaga hidrasi IV. Tatalaksana intraoperative prosedur yang banyak dipakai yakni laparoskopi maupun open duodenoduodenostomi. Teknik untuk anastomosisnya dilakukan pada bagian proksimal secara melintang ke bagian distal secara longitudinal atau diamond shape sedangkan untuk tatalaksana post-operatif infus intravena tetap dilanjutkan. Pasien menggunakan transanastomotic tube pada jejunum, dan pasien dapat mulai menyusui setelah 48 jam pasca operasi.2 Bayi laki-laki usia 6 hari dilahirkan di RS Kasih Ibu secara SC 33-34minggu a/I PEB + DM Gestasional dengan berat badan lahir 3800gr, panjan badan 50cm dan apgar score 8/9. Pemeriksaan fisik masuk tonus bayi kuat, warna kulit kekuningan, tidak terdapat sianosis, tidak merintih, dan tidak ada retraksi dada. HR: 140 dpm, CRT < 3 detik, RR: 30 dpm, suhu: 36 C, GDS: 84 mg/dL. Pasien didiagnosis dengan Susp Atresia Duodenum, Neonatal jaundice Kramer III, NKB BMK 34-36 minggu, BBL 3800 gr. Setelah itu bayi dirawat di SCN 2 selama 41 hari dan pulang dalam kondisi baik.

PENDAHULUAN

Usus terdiri dari usus besar dan usu halus. Usus halus terdiri dari beberapa segmen yaitu duodenum, jejunum dan ileum. Duodenum adalah bagian usus halus pertama yang tersambung dengan lambung yang kemudian diikuti dengan jejunum dan diakhiri dengan ileum. Ileum sebagai bagian terakhir dari usus halus akan bersambung dengan usus besar.1 Sumbatan pada usus biasanya terjadi apabila bagian dari usus gagal berkembang yang disebut dengan atresia intestinal.3 Atresia salah kondisi dimana tidak ada atau tertutupnya lubang  pada tubuh yang bersifat kongenital. Atresia  intestinal terjadi pada 1 dari 1000 kelahiran. 50% kasus atresia intestinal yang terjadi pada duodenum dengan 57% perempuan dan 43% laki-laki. 46% kasus atresia jejunoileal dengan 61% laki-laki dan 39% perempuan.4 Angka kejadian atresia intestinal di Amerika Serikat mencapai  1 dari 3000 kelahiran hidup, tetapi di Benua Afrika angka kejadian ini  bisa lebih banyak yaitu 1 dari 1000 kelahiran kelahiran hidup. Kasus atresia intestinal akan menunjukkan gejala beberapa jam setelah kelahiran, tetapi pada beberapa kasus yang telah terjadi sering tidak dilaporkan sehingga tidak mendapatkan pelayanan medis. Atresia dudodenum dapat terjadi pada pars desenden dari duodenum diikuti dengan obstruksi yang terjadi dibawah ampula vater.

ILUSTRASI KASUS

Nama : By. Ny. N

Umur : 6 minggu

Ayah/Ibu : Tn. H / Ny. N

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Rengat

Tanggal lahir : 28 April 2023

Tanggal masuk : 5 Mei 2023

Bayi perempuan dilahirkan di RS Kasih Ibu dengan persalinan sectio caesarea. Diagnosis ibu   G2P1A0H1, gravid 33-34 minggu. Lahir kurang bulan, tidak langsung menangis, tonus lemah, warna kulit biru. Sudah dilakukan pemotongan dan perawatan talipusat, injeksi vitamin K1 pada paha kiri anterolateral IM, salep mata chloramphenicol 1% dan imunisasi Hepatitis B0. Sejak lahir, seluruh tubuh pasien berwarna kuning, adanya sesak napas dan riwayat muntah sebanyak 7 kali. Bayi langsung dirujuk ke RS Indrasari Rengat. Di RS Indrasari Rengat bayi dipasang OGT dan didapatkan OGT berwarna kunign kehijauan. Mengetahui hal tersebut, bayi segera dirujuk ke RSUD Arifin Achmad untuk tindakan lebih lanjut. Pasien tiba pukul 00.15 dini hari di Instalasi Neonatus RSUD Arifin Achmad, setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan keadaan tonus bayi kuat, warna kulit kekuningan, tidak terdapat sianosis, tidak merintih, dan tidak ada retraksi dada. HR: 140 dpm, CRT < 3 detik, RR: 30 dpm, suhu: 36 C, GDS: 84 mg/dL.

Riwayat antenatal care

Ibu pasien kontrol dengan dokter kandungan sebanyak 4 kali yaitu pada trimester 1 sebanyak satu kali, trimester 2 sebanyak satu kali dan trimester 3 sebanyak 2 kali.

Riwayat penyakit ibu

Ibu menderita hipertensi dan Diabeter melitus selama kehamilan. Riwayat keputihan, jantung, dan penyakit menular seksual disangkal

Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada riwayat cacat bawaan dalam keluarga. Ayah pasien berusia 36 tahun dan ibu berusia 34 tahun.

Pemeriksaan fisik saat di Perina RSUD Arifin Achmad

Kulit: kuning, suhu 36C SSP: alert, tonus kuat Kepala: UUB tidak menonjol, sekeret  mata (-), sianosis sentral(-), palatum normal Sistem Respiratorius: RR: 30 npm, merintih (-), sesak (-), gerakan dada simetris (+), pernapasan cuping hidung (-), retraksi (-), sianosis (-), suara nafas vesikuler. Sistem Kardiovaskular: HR 140 dpm, S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-) Sistem Gastrointestinal: abdomen distensi Sistem Genitalia: jenis kelamin     perempuan, anus paten (+) Eksremitas: Akral hangat, CRT < 3 detik, polidaktili (-)

Diagnosa kerja

  • Susp Atresia Duodenum
  • Neonatal jaundice Kramer III
  • NKB BMK 34-36 minggu, BBL 3800 gr

Tatalaksana

  • Rawat di SCN dengan box
  • Jaga Airway
  • Cek DPL, Septic Marker, Kultur darah, bilirubin (total, direk, indirek), PT, APTT, elektrolit, babygram
  • Screening (CCHD)
  • Screening OAE
  • Pemeriksaan Baby gram
  • Dilakukan tindakan laparatomi eksplorasi, adhesiolisis, dan anantomosis duodenostomi pada tanggal 10 Mei 2023.
  • Setelah perawatan selama 41 hari, bayi pulang dalam keadaan baik, aktif, tangis kaut, dengan berat 2750 gram.

PEMBAHASAN

Bayi ini rujukan dari RS Indrasari ke RSUD Arifin Achmad usia 7 hari dengan masalah cairan OGT berwarna kuning kehijauan sejak 7 hari SMRS. Pasien sebelumnya mengeluhkan kuning sejak lahir.juga dikeluhkan adanya muntah  sebanyak 7x . Gejala dan tanda yang bisa mengarahkan ke diagnosis atresia duodenum adalah bayi mengalami muntah banyak segera setelah lahir, berwarna kehijauan akibat adanya empedu (biliosa), muntah terus-menerus meskipun bayi dipuasakan selama beberapa jam. Pasien dirujuk ke IPN tanpa menggunakan O2, dan terpasang OGT. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran double buble tanpa gas pada distalnya. Radiografi polos yang menunjukkan gambaran double bubble tanpa gas pada distalnya adalah gambaran khas atresia duodenal. Pasien dilakukan oleh spesialis bedah anak berupa laparatomi eksplorasi dan anastomosis duodenoduodenostomi pada tanggal 10 mei 2023. Secara umum semua bentuk obstruksi duodenal merupakan indikasi untuk dilakukan tindakan pembedahan. Pasien di terapi dan pulang pada tangga; 17 juni 2023 dalam keadaan baik, BB 2750 dan BAB spontan.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Laura K, Jay GL, Karen WW, Frederick JR, Scherer LR, Schott AG. Intestinal Atresia and Stenosis. Arch Surg. 2007;113:490-497
  2. Widiastuti IDA, Darmajaya IM. Diagnosis dan Tata Laksana Atresia Duodenum. :1–16.
  3. Tamer S, Mustafa K, Ulas A, Ali SK, Duodenal Atresia and Hirchsprung Disease in a Patient with Down Syndrome. Eur J Gen Med.2011;8(2):157- 9
  4. Free FA, Barry G. Duodenal Obstruction in the Newborn Due To Annular Pancreas. Surg.2004;103:321-325

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *