Termoregulasi Neonatus
Termoregulasi adalah keseimbangan antara kehilangan panas dan produksi panas tubuh. Tujuannya adalah untuk mengontrol lingkungan neonatus dalam mempertahankan lingkungan suhu netral dan meminimalkan pengeluaran energi.
Suhu neonatus
Normal : 36,5-37,5°C
Hipotermia: 37,5°C
Hipertermia : > : 37,5°C
Hipotermia dibagi atas:
Hipotermia ringan (antara 36,0-36,4°C)
Hipotermia sedang (antara 32-35,9°C)
Hipotermia berat (< 32°C)
Mekanisme produksi panas pada neonatus:
Proses metabolisme
Aktivitas otot polos
Vasokonstriksi perifer
Termogenesis tanpa menggigil
Mekanisme kehilangan panas pada neonatus:
Evaporasi
Merupakan sumber kehilangan panas terbesar pada saat lahir, dapat terjadi secara disadari (keringat) atau tidak disadari (dari kulit danpernapasan)
Terjadi saat cairan ketuban menguap dari permukaan kulit.
Konduksi
Terjadi saat neonatus ditempatkan pada permukaan yang lebih dingin dan bersentuhan langsung dengan kulit (tanpa pakaian) seperti meja periksa, timbangan, tempat tidur.
Radiasi
Perpindahan panas antara permukaan padat yang tidak bersentuhan langsung, pada bayi baru lahir terjadi saat berada di sekitar benda lain yang dingin, seperi dinding, tanpa bersentuhan langsung dengan permukaannya.
Konveksi
Terjadi saat neonatus terekspos udara sekitar yang dingin atau dari pintu ruangan yang terbuka, jendela atau kipas angin
Gambar
Patofisiologi termoregulasi
Suhu tubuh diatur dengan mengimbangi produksi panas terhadap kehilangan panas. Bila kehilangan panas dalam tubuh lebih besar, dari pada laju pembentukan panas, maka akan terjadi penurunan suhu tubuh. Hal sebaliknya begitu juga, bila pembentukan panas dalam tubuh lebih besar daripada kehilangan panas, maka akan timbul panas dalam tubuh sehingga suhu tubuh meningkat
Bayi yang mempunyai risiko terjadi gangguan termoregulasi:
Bayi preterm dan bayi-bayi kecil lainnya yang dihubungkan dengan tingginya rasio luas permukaan tubuh dibandingkan dengan berat badannya.
Bayi dengan kelainan bawaan, khususnya dengan penutupan kulit yang tidak sempurna seperti pada meningomielokel, gastroskisis, omfalokel.
BBL dengan gangguan saraf sentral seperti pada perdarahan intrakranial, obat-obatan, asfiksia.
Bayi dengan sepsis.
Bayi dengan tindakan resusitasi yang lama.
Bayi IUGR (intra uterine growth retardation) atau pertumbuhan janin terhambat.
HIPOTERMIA
Hipotermi terjadi jika suhu aksila neonatus dibawah 36,5°C
Kondisi yang membuat risiko kehilangan panas lebih besar:
Luas permukaan tubuh yang besar dibandingkan rasio massa tubuh
Lemak subkutan yang sedikit
Kadar air dalam tubuh yang lebih besar
Kulit yang imatur dapat menyebabkan penguapan air dan kehilangan panas yang lebih besar
Mekanisme metabolisme tubuh yang kurang berkembang dalam merespon thermal stress (misalnya tidak menggigil)
Perubahan aliran pada pada kulit (misalnya sianosis perifer)
Tanda dan gejala hipotermi:
Akrosianosis, kulit dingin, bercak-bercak, atau pucat
Hipoglikemi
Hiperglikemi sementara
Bradikardia
Takipnea, gelisah, napas dangkal dan tidak teratur
Distres pernapasan, apnea, hipoksemia, asidosis metabolik
Letargi, hipotonu
Menangis lemah, tidak mau menyusu
Berat badan turun
Catatan: semua gejala dan tanda diatas tidak spesifik, dan mungkin mengindikasikan kondisi lain yang berarti seperti infeksi bakteri pada neonatus
Penatalaksanaan hipotermi:
A Hipotermi ringan
Kontak kulit ke kulit pada suhu ruangan yang hangat (setidaknya 25°C)
Gunakan topi pada kepala neonatus
Tutupi ibu dan neonatus dengan selimut hangat
B. Hipotermi sedang
Letakkan dibawah pemancar panas
Pada inkubator yang sudah dihangatkan
Pada matras yang berisi air hangat (contoh: KanBed)
Jika tidak ada peralatan yang tersedia atau neonatus stabil secara klinis, maka lakukan kontak kulit ke kulit dengan ibu pada ruangan dengan suhu hangat (setidaknya 25°C)
C. Hipotermi berat
Gunakan inkubator yang sudah dihangatkan (diatur 1-1,5°C lebih tinggi dibanding suhu tubuh neonatus) dan harus disesuaikan dengan meningkatnya suhu neonatus (harus selalu dipantau)
Jika tidak ada peratalan yang tersedia, lakukan kontak kulit ke kulit atau ruangan yang hangat atau boks bayi yang hangat dapat digunakan
HIPERTEMIA
Hipertermi merupakan kondisi suhu tubuh diatas 37,3°C atau 37,5°C. Hipertermi biasanya berkaitan dengan faktor lingkungan yang suhunya terlalu tinggi.
Penyebab hipertermi:
Inkubator, pemancar panas, suhu lingkungan yang terlalu panas
Ibu demam
Pasca anestesi epidural pada ibu
Cahaya fototerapi, sinar matahari
Membedong yang terlalu kuat
Infeksi
Kelainan sistem saraf pusat (contoh: asfiksia)
Dehidrasi
Tanda dan gejala hipertermi:
Takikardi, takipnea, apnea
Ektremitas hangat, kemerahan, dan berkeringat (pada bayi cukup bulan)
Dehidrasi
Letargi, hipotonus, tidak mau menyusu
Iritabilitas
Menangis lemah
Tatalaksana hipertermi:
Pendekatan yang biasa dilakukan pada kondisi neonatus yang mengalami hipertermi adalah menyesuaikan kondisi lingkungannya. Neonatus harus segera dijauhkan dari sumber panas, dan jika perlu membuka sebagian atau seluruh pakaiannya.
Cek suhu lingkungan (infant warmer, blanket, atau inkubator) jika memungkinkan diturunkan 0,5°C tiap 30-60 menit (infant warmer dan inkubator).
Selama proses pendinginan, suhu neonatus harus selalu dipantau setiap 15-30 menit hingga stabil. Jangan mematikan inkubator untuk mendinginkan suhu neonatus.
Ketika terjadi hipertermia berat (suhu tubuh di atas 40°C), neonatus dapat dimandikan. Air yang digunakan harus hangat (sekitar 2°C lebih rendah dari suhu tubuh neonatus). Tidak disarankan menggunakan cooling devices. Jika neonatus tidak dapat tambahan cairan dari menyusui, harus dipasang cairan secara intravena atau selang makan.
PENGENDALIAN SUHU Di ruang bersalin:
Memberikan lingkungan hangat yang bebas dari aliran udara
Keringkan neonatus segera
Kontak kulit ibu-bayi segera akan berperan sebagai sumber panas. Selimuti ibu dan bayinya sekaligus atau tutupi dengan kain/baju.
Tutup kepala neonatus dengan topiPemakaian radiant warmer jika tidak mungkin melakukan kontak kulit dengan kulit (ibu mengalami komplikasi pascanatal)
Neonatus tidak berpakaian kecuali popok dan diletakkan tepat di bawah penghangat/ radiant warmer • Neonatus dapat dihangatkan dengan handuk hangat dan menggunakan topi
Probe suhu tubuh harus diletakkan mendatar pada kulit, biasanya pada abdomen daerah hati (daerah hipokondrium kanan)
Suhu servo harus diset pada 36,5oC
Suhu harus diukur setiap 30 menit atau atas instruksi dokter untuk menilai bahwa suhu tubuh neonatus dipertahankan dalam kisaran yang seharusnya
Bayi > 32 minggu dan atau > 1500 gram
Keringkan bayi dan pindahkan bayi dari kain yang basah
Bungkus bayi dengan blanket hangat
Topi Jika bayi stabil dapat dilakukan KMC
Bayi < 32 minggu atau diperkirakan < 1500 gram
Plastik polietilen dibuka dan diletakkan di meja resusitasi/ infant warmer - Letakkan bayi di atas plastik - Secepatnya bungkus bayi sampai bahu di bawah infant warmer - Lap kepala yang terbuka - Tutup kepala dengan topi hangat - Biarkan bayi terbungkus plastik, jika akan dpindahkan ke ruangan bayi dibungkus lagi dengan blanket hangat
PENGUKURAN SUHU Suhu Aksila
Letakkan termometer di tengah aksila dengan lengan ditempelkan secara lembut tetapi kuat pada sisi tubuh bayi selama sekitar 5 menit
Meskipun suhu sedikit lebih rendah daripada suhu sentral tubuh sesungguhnya, perubahannya akan sama dengan suhu tubuh
Keuntungannya mencakup penurunan risiko neonatus, kebersihan terjaga, dan pengukurannya relatif cepat serta akurat
Suhu Rektum
Suhu darah yang mengalir dari ekstremitas bawah mempengaruhi suhu rektum
Pengukuran suhu tubuh dari rektum merupakan prosedur invasif dan tidak selalu dapat diandalkan
Pengukuran suhu melalui rektum/anus jika menggunakan alat yang sama untuk bayi lain dapat menimbulkan penyebaran infeksi.
Pengukuran suhu melalui rektum sudah mulai ditinggalkan
Suhu lingkungan
Setiap kamar harus memiliki termometer dinding
Jaga suhu lingkungan kamar antara 24-26°
Sumber
Kumpulan Pedoman Pelayanan Neonatal IDAI, 2018